Kamis, 20 September 2012

Bertanam Kapulaga


DEFINISI KAPULAGA

Tanaman Kapulaga (Amomum cardamomum) adalah sejenis rempah-rempah yang dikenal luas  untuk berbagai masakan dan juga banyak digunakan untuk campuran jamu. Di beberapa daerah kapulaga dikenal dengan nama kapol, palago, karkolaka, dan lain-lain. Tanaman ini termasuk dalam suku jahe-jahean atau Zingiberaceae. Orang Tionghoa menyebutnya pai thou kou (bahasa Tionghoa). Orang Yunani biasa menyebut cardamomom yang kemudian dilatinkan oleh orang Romawi menjadi cardamomum. Dalam bahasa Inggris disebut cardamom. Dalam bahasa Thai disebut krava, elaichi dalam bahasa Hindi, dan elakkaai dalam bahasa Tamil.
Ada 2 macam kapulaga di Indonesia :
1.      Kapulaga Jawa (Amomum Compactum), banyak terdapat di Sumatra dan Jawa Barat.
2.      Kapulaga Sabrang atau Kapulaga India (Elettaria Cardamomum), berasal dari India dan sekarang banyak dikembangkan di beberapa tempat sekitar Cianjur, Sukabumi, Bandung, Garut, Tasikmalaya dan beberapa di Jawa Tengah.

Semula kapulaga ditemukan tumbuh alamiah di daerah Pegunungan Malabar, pantai barat India. Karena laku di pasar dunia, kemudian banyak ditanam di Sri Lanka, Thailand, dan Guatemala. Di Indonesia mulai dibudidayakan sejak 1986. Dalam perdagangan kemudian ditawarkan juga varietas kapulaga lain dari pegunungan tinggi Mysore (India) yang buah lonjongnya lebih membulat, dan lebih disukai karena lebih sedap. Berbeda dengan kapulaga Malabar yang tandan bunganya merayap, tandan bunga kapulaga Mysore tumbuh tegak.

Tanaman kapulaga merupakan tanaman herbal yang membentuk rumpun, bentuknya seperti tumbuhan jahe, dan dapat mencapai ketinggian 2-3 meter. pada umumnya kapulaga tumbuh di hutan-hutan yang masih lebat. Kapulaga hidup subur di ketinggian 200-1.000 meter di atas permukaan laut. Tanaman kapulaga awalnya memang hidup liar, namun kini kapulaga dibudidayakan sebagai tanaman rempah. Tumbuhan berbatang basah ini memiliki batang berpelepah daun yang membalut batangnya. Letak daunnya berseling-seling. Bunga tumbuhan ini tersusun dalam tandan yang keluar dari rimpangnya. Buahnya berbentuk bulat telur, berbulu, dan berwarna kuning kelabu. Buahnya berkumpul dalam tandan kecil dan pendek. Bila masak, buahnya akan pecah dan membelah berdasarkan ruang-ruangnya. Di dalamnya terdapat biji yang berbentuk bulat telur memanjang.
Kapulaga berbuah pada umur 3 tahun. Buah kapulaga muncul dari batang semu dekat tanah, dan merayap bersama tandannya yang sepanjang 1 m, ke tanah sekitarnya. Supaya tidak kotor kecipratan tanah kalau hujan, petani pemiliknya menyelipkan lembaran plastik sebagai alas di bawah tandan buah itu. Buah lonjong sepanjang 1 cm yang bersisi tiga itu dipetik kalau sudah montok, padat berisi, setengah matang. Warna hijaunya sudah berubah hijau muda. Tadinya hijau tua. Ketika berubah warna itulah baunya sangat sedap.

Di India, buah yang sudah dikeringkan, disortir menurut ukuran dan warnanya. Buah yang sudah berwarna kuning seperti warna jerami, dikemas sebagai buah yang siap jual, sedangkan yang belum berwarna kuning akan dipucatkan dulu dengan uap belerang. Penjagaan mutu inilah yang membuat India menjadi pengekspor kapulaga yang digemari oleh semua orang.
Buah yang sudah kering menjadi keriput, bergaris-garis, berisi 4 – 7 butir biji kecil berwarna coklat kemerah-merahan. Rasanya agak pedas seperti jahe, tetapi baunya tidak.

Kapulaga lokal adalah tanaman dataran rendah. Kapulaga hanya bisa tumbuh baik dan berproduksi optimal pada lahan dengan ketinggian mulai dari 0 sampai dengan 700 meter di atas permukaan laut (m. dpl). Sebaliknya, kapulaga sabrang justru hanya mau tumbuh baik di dataran tinggi mulai dari 700 sampai dengan 1.500 m. dpl. Yang juga membedakan kapulaga lokal dengan kapulaga sabrang adalah buahnya. Buah kapulaga lokal tumbuh berupa dompolan yang menempel di atas tanah. Tiap dompolan berisi antara 10 sampai dengan 20 butiran buah. Buah kapulaga lokal berbentuk bulat. Diameternya sekitar 1 cm. Dalam buah tersebut ada segmen-segmen yang terpisah dan berisi butiran biji. selain itu adalah produktifitasnya. Kapulaga lokal dengan sistem tanam tumpangsari populasi 1.400 tanaman per hektar, akan mampu berproduksi sekitar 2,8 sd. 3 ton buah basah per tahun. Sedangkan kapulaga sabrang var. malabar lebih tinggi yakni 4,2 sampai dengan 4,5 ton per hektar per tahun. Sementara var. mysore hanya sekitar 2 ton per hektar per tahun. Hingga yang selama ini lebih banyak dikembangkan oleh para petani kita hanya var. malabar.

Kapulaga lokal sudah mampu berproduksi pada umur 1,5 tahun setelah tanam dengan bibit anakan  yang baik.  Sementara kapulaga sabrang, baik yang malabar maupun mysore baru mulai berbuah pada umur 2  tahun. Harga kapulaga lokal selalu lebih murah dibanding kapulaga sabrang. Biasanya harga kapulaga sabrang tiga kali lipat dibanding kapulaga lokal.
Pemanfaatan kapulaga lokal sebagian untuk industri farmasi dan sebagian lagi sebagai bahan kuliner. Selain untuk kuliner dan industri farmasi, kapulaga juga merupakan bahan minyak atsiri dan oleoresin.Dalam perdagangan internasional, minyak kapulaga dikenal dengan nama Cardamon Oil. Kandungan True Cardamon Oil adalah terpen, terpeneol dan sineol. Sementara False Cardamon Oil selain mengandung tiga bahan tadi juga masih ada kandungan berneol dan kamfernya.

MANFAAT PENTING DARI KAPULAGA

Biji yang diambil dari tumbuhan sebelum buah masak benar, dapat dimanfaatkan sebagai obat. Dalam dunia obat-obatan biji yang telah dikeringkan dinamakan semen cardamomi. Selain bijinya, yang digunakan untuk obat adalah bagian akar, buah, dan batangnya. Kapulaga mengandung minyak atsiri, sineol, terpineol, borneol, protein, gula, lemak, silikat, betakamfer, sebinena, mirkena, mirtenal, karvona, terpinil asetat, dan kersik. Dari kandungan tersebut kapulaga memiliki khasiat sebagai obat batuk. Kapulaga juga memiliki khasiat untuk mencegah keropos tulang.

Kapulaga memiliki aroma sedap sehingga orang Inggris menyanjungnya sebagai grains of paradise. Aroma sedap ini berasal dari kandungan minyak atsiri pada kapulaga. Minyak atsiri ini mengandung lima zat utama, yaitu borneol (suatu terpena) yang berbau kamper seperti yang tercium dalam getah pohon kamper. Beberapa pabrik bumbu juga mengekstrakkan minyak asiri dari biji kapulaga menjadi Cardamom oil yang kemudian dikemas dalam botol. Dalam bentuk minyak ini pula, kapulaga dipakai untuk menyedapkan soft drink dan es krim di pabrik Amerika.


BUDIDAYA KAPULAGA

Menurut pengalaman dari beberapa negara yang membudidayakan tanaman ini, kapulaga tidak cocok ditanam di daerah yang berangin kencang terus menerus. Untuk itu harus dipilih benar-benar tempat yang daerahnya lebih rendah. Selain itu, dalam pembudidayaan tanaman ini pun tidak memerlukan lahan tersendiri, dalam arti tumbuh di bawah naungan pohon lain sebagai tanaman sela atau tanaman tumpangsari. Sistem pola tanam yang dapat diterapkan dalam pengembangan tanaman ini adalah sistem pola tanam pekarangan dan pola tanam perkebunan. Dengan adanya pola tanam terpadu maka dapat diharapkan penghasilan petani meningkat di samping itu juga dapat meningkatkan produktivitas lahan perkebunan dan konservasi. Beranjak dari kapulaga yang relative mudah dibudidayakan dan bisa dipanen 4x dalam setahun, maka hal tersebut telah banyak menarik minat petani untuk membudidayakan.

Untuk bahan tanam yang dipakai menggunakan bibit kapulaga yang umumnya di perbanyak dengan anakan atau tunas baru atau percabangan rizoma yang membentuk tunas. Bibit yang baik adalah tunas yang tingginya lebih kurang 50cm dengan akar rizhoma yang muda dan mata tunasnya banyak, rizhoma yang tua pertumbuhannya kurang baik. Untuk penanaman pada lahan yang sangat luas atau perkebunan, digunakan bibit dari biji buah yang lebih dulu disemaikan. Bibit ini harus berasal dari buah yang masak. Bibit kapulaga yang tingginya sudah mencapai 70 s/d 80cm dan memiliki dua atau tiga daun telah siap ditanam di lahan. Dalam waktu satu tahun sudah akan terbentuk suatu rumpun kapulaga yang bsa mencapai diameter antara 50 s/d 60cm. Rumpun ini akan terus melebar, sehingga sudah perlu disiapkan lahan setidaknya sejumlah yang telah disebutkan di atas. Setelah dua minggu sampai satu bulan setelah bibit ditanam, sudah bisa mulai diberikan pupuk. Tentu dianjurkan pupuk kandang, setiap bulannya akan muncul satu batang baru dalam pertumbuhannya. Sehingga dalam 7 bulan, setiap rumpun akan menghasilkan 6-7 batang baru dan menghasilkan pula 10 buah manggar buah kapulaga.

Untuk media penanaman kapulaga, tempat yang akan ditanami tanaman rempah ini hendaklah tanah yang kaya akan kandungan humus dan mineral serta yang cukup lembab. Akan tetapi tanaman ini sangat tidak tahan akan air yang tergenang. Pengolahan tanah dilakukan pada bulan September – oktober dengan membersihkan tanah dari batu, rumput, gulma dan sisa tanaman lainnya. Pencangkulan tanah dilakukan sedalam kurang lebih 30cm. persiapan lobang tanam dilakukan sebulan sebelum penanaman dengan terlebih dahulu dbuat lobang tanam dengan ukuran panjang 50cm dan dalamnya 40cm. sebaiknya 15 hari setelah pembuatan lobang, tanah dikembalikan lagi ke lobang, sebelumnya tanah dicampur dulu dengan pupuk kandang secukupnya. Karena pupuk akan merangsang tanaman tumbuh lebih sehat pada fase pertumbuhan. Demikian pemupukan boleh diberikan secara rutin secukupnya.


PEMUPUKAN

Mengingat tanaman kapulaga ini sangat rakus akan unsure hara maka untuk peningkatan mutu diperlukan sekali pemupukan dengan pupuk organik maupun buatan. Adapun cara dan jumlah pupuk yang diberikan adalah berdasarkan masa pertumbuhan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Untuk itu pupuk organic diberikan pada saat pengolahan tanah, dan pada saat penggemburan diluar rumpun sebanyak 1-1,5 kg pupuk kandang pemupukan berikutnya setiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk pupuk buatan diberikan pada umur 1 bulan sebanyak 1 sendok makan pupuk urea disebar diluar rumpun atau disemprotkan pada daun. Bagi tanaman kapulaga yang sudah menghasilkan, pupuk kandang diberikan sebanyak 10-15 kg setiap rumpun dan pemberian selanjutnya disesuaikan dengan kondisi tanaman dan lingkungan.

Pupuk buatan diberikan 10-12,5 kg gram berupa urea dan tsp. pupuk ini diberikan diluar rumpun pada batas perakaran dengan membuat selokan kecil, kemudian ditutup denga tanah dan disiram seperlunya. Tanda-tanda pertumbuhan yang baik pada tanaman kapulaga ini adalah dengan banyaknya tunas yang tumbuh segar dan menghasilkan bunga. Lalu, untuk pekerjaan selanjutnya adalah menjaga agar tanaman tumbuh dengan baik dan tidak tertular hama penyakit seperti kutu, ulat pemakan daun, penggerek batang, penggerek buah dan kumbang pemakan daun sampai 3 tahun setelah biji disemaikan.

PANEN DAN PASCA PANEN

Tanaman kapulaga ini dapat memberikan hasil setelah berumur 2-3 tahun, kapulaga berbuah sepanjang tahun sehingga untuk pemanenan ini tidak menentu. Dalam pemanenan kapulaga dikenal istilah panen besar 4x dan panen kecil 4x yang berlangsug dalam 1 tahun secara berselang seling. Tanaman dapat dipergunakan sampai umur 10-15 tahun.hasil panen per hektar bisa mencapai 2-3 ton buah kering per tahun dan ini berlaku untuk tanaman yang sudah berumur belasan tahun. Adapun syarat-syarat pemanenan kapulaga adalah; buah harus dipanen sebelum benar-benar matang, bila dipanen terlalu matang atau kering maka buah akan pecah dan warnanya juga kurang bagus. Waktu panen yang tepat adalah jika buah sudah berwarna hijau kekuning-kuningan. Cara panen yaitu dengan memotong karangan bunga di bawah dompolan buah. Buah yang sudah dipanen kemudian di jemur sampai kering. Sebaiknya jangan terkena sinar matahari langsung atau kering anginkan. (Warsana SP, 2000).
Pemetikan buah pertama biasanya terbatas dan hasil pemetikan kedua pun belum banyak. Barulah pada pemetikan ke-3 dan seterusnya yaitu setelah 5 tahun ditanam, tercapailah panen yang seutuhnya (penuh) di pulau jawa, orang memetik amomum cardamomum setelah berumur 3 tahun dalam jangka waktu 10-15 hari sekali. Setiap satu rumpun kapulaga biasanya terdiri dari 10-15 batang. Hasil panen di cuci dengan sabun, kemudian baru dijemur. Dalam proses pengeringan tidak boleh terlalu cepat, karena dapat mengakibatkan buahnya mudah pecah.

Setelah masa panen, yang penting dibicarakan adalah pengeringan, pemutihan, pengguntingan, pemilihan (sortasi), pengemasan dan penyimpanan.
a.       Pengeringan
Untuk mencapai hasil yang bermutu tinggi, dalam perdagangan semua buah yang sudah selesai dipetik hendaklah dikeringkan terlebih dahulu. Ada bermacam cara yang digunakan untuk pengeringan tersebut. Diantaranya pengeringan dengan sinar matahari langsung dan pengeringan menggunakan pemanas buatan (rumah pengering, tungku api tertutup dll) dan secara alamiah (diangin-anginkan). Menjemur buah kapulaga dengan sinar matahari adalah cara yang paling mudah dan paling praktis. Selain itu dengan menjemur langsung buah ini, akan menghasilkan warna yang lebih baik dan lebih bersih. Akan tetapi jika tidak cermat dalam memilah waktu untuk menjemur, buah akan mengembang dan kulitnya akan pecah karena bijinya kepanasan.
b.      Pemutihan
Berbagai cara dilakukan agar hasil panen dapat memperoleh warna putih atau pucat jerami dan diusahakan agar tidak merusak atau membuat pecah buah kapulaga tersebut.
c.       Pengguntingan
Sesudah di jemur, tangkai yang melekat digunting, dihilangkan sambil menyisihkan buah yang hampa dan memilih buah yang pecah. Setelah tangkainya digunting, beratnya berkurang sekitar 25-30%.
d.      Pemilihan
Setelah tangkai buah dan kelopak kecil yang kering di ujung buah digunting, buah dipilih menurut warna, asal tanam buah dan besar kecilnya bentuk buah kapulaga tersebut.
e.       Pengemasan dan Penyimpanan
Buah kapulaga yang selesai dipilih, dapat dikemas dengan menggunakan peti the ataupun dalam kaleng. Untuk penyimpanan kapulaga dalam waktu lama, peti atau kaleng harus kedap udara. Sehingga udara lembab tidak bisa masuk. Karena buah akan menggembung akibat terlalu banyak menyerap air. Buah kapulaga yang kering harus disimpan di dalam ruangan yang gelap. Karena cahaya yang terang dapat membuat warnanya jadi rusak.

Secara umum, buah kapulaga ini banyak digunakan sebagai rempah. Kapulaga dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, campuran manisan atau gula-gula, cokelat (konfeksionari), campuran minuman kopi/teh (gahwa). Sebagai kunyah-kunyahan (masticatory), untuk ramuan jamu-jamuan / obat tradisional. Untuk campuran wangi-wangian, campuran minuman keras, untuk dupa, campuran saus rokok dll. Selain itu campuran buah kapulaga dan rempah-rempah lain juga banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional, seperti obat untuk penyakit batuk, haid yang teratur, influenza, mulas, muntah-muntah, nafas yang berbau, perut sagah, radang lambung, tenggorokan gatal dll.


POTENSI BUAH KAPULAGA YANG DIKEMBANGKAN

Hasil berupa buah jika sudah kering mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buah kering kapulaga disamping sebagai bahan jamu, juga diambil minyak atsirinya untuk bahan penyedap atau pengharum makanan, minuman dan sebagai bahan baku atau campuran di dalam industri parfum. Biji yang diambil dari tumbuhan sebelum buah masak benar, dapat dimanfaatkan sebagai obat. Dalam dunia obat-obatan biji yang telah dikeringkan dinamakan semen cardamom. Selain bijinya yang digunakan untuk obat adalh bagian akar, buah dan batangnya.

Kapulaga mengandung minyak atsiri, sineol, terpineol, borneol, protein, gula, lemak, silikat, betakamfer, sebinena, mirkena, mirtenal, karvona, terpinil asetat dan kersik. Dari kandungan tersebut kapulaga memiliki khasiat sebagai obat batuk. Kapulaga ini juga memiliki khasiat untuk mencegah keropos tulang. Kapulaga memiliki aroma sedap sehingga orang inggris menyanjungnya sebagai grains of paradise. Aroma sedap ini berasal dari kandungan minyak atsiri pada kapulaga. Minyak atsiri ini mengandung 5 zat utama yaitu borneol (suatu terpena) yang berbau kamper seperti yang tercium dalam getah pohon kamper.

Beberapa pabrik bumbu juga mengekstrakkan minyak atsiri dari biji. Kapulaga menjadi cardamom oil yang kemudian dikemas dalam botol, dalam bentuk minyak ini pula. Kapulaga dipakai untuk menyedapkan softdrink dan es krim di pabrik amerika. Jenis tanaman rempah-rempah ini hanya sekali tanam dan dapat dipanen berkali-kali setiap bulan. Harga kapulaga kering mencapai Rp 50 ribu per kg, sedangkan kapulaga basah mencapai Rp 10 ribu per kg. di samping itu perawatan terhadap tanaman ini tiak terlalu rumit, bahkan sebagian besar menjadi kegiatan sampingan, tanaman jenis kapulaga ini juga mudah perawatannya. Yang dibutuhkan hanya membersihkan rumput yang tumbuh di sekitar tanaman disertai pemupukan. Penanaman kapulaga ini sekaligus juga sebagai program pupuk organic yang dilakukan oleh para petani. Mereka memanfaatkan pupuk kandang dan kompos rumah tangga untuk memupuk tanaman ini. Kapulaga dapat tumbuh subur di tempat teduh atau di bawah kayu tegakan perhutani yang sebagian besar berupa tanaman pinus.  

Kapulaga hanya mau tumbuh baik di bawah naungan, komoditas ini cocok untuk dikembangkan sebagai tanaman tumpangsari pada kebun tanaman keras. Misalnya di hutan jati, kebun kopi, kakao, petai, jeruk dan lain-lain yang bagian bawah tegakannya masih menerima sedikit sinar matahari. Untuk kebun sawit dan karet misalnya sulit untuk dberi tumpangsari kapulaga karena tajuknya sangat rapat. Bisa juga kapulaga ditumpangsarikan dengan pisang. Satu baris tanaman pisang diselingi dengan satu baris tanaman kapulaga. Untuk naungan kapulaga bisa dipilih lamtoro, glirisida, kaliandra, albisia atau dadap. Meskipun sudah ditumpangsarikan dengan pisang, apabila tidak diberi naungan khusus maka pertumbuhan kapulaga tidak akan optimal.

Dengan cara tanam tumpangsari, satu hektar laha dapat diisi dengan pisang atau tanaman tahunan sebanyak 300 sampai 400 pohon dan kapulaganya 1400 sampai 1500 rumpun. Tanaman pisang setelah lewat umur satu tahun, tiap tahunnya dapat dipanen 2x masing-masing satu tandan @ 15 kg per rumpun. Berarti dari pisang akan didapat hasil antara 9 sampai 12 ton buah. Dengan harga per kg Rp. 500,- (di jawa) maka satu hektar lahan tumpangsari itu akan didapat hasil Rp. 4.500.000,- sampai Rp. 6.000.000,-. Kalau yang ditanam kapulaga lokal (ketinggian lahan dibawah 700m dpl), maka hasilnya per rumpun per tahun 2 kg buah kapulaga basah atau 0,5 kering. Berarti dari tiap hektar dengan populasi 1400 sampai 1500 rumpun kapulaga lokal akan didapat hasil 2,8 ton – 3 ton buah basah atau 560 kg -600 kg kering. Buah kapulaga kering (bobot buah kering kurang lebih 20% dari buah basah), dengan harga Rp. 20.000,- per kg, maka hasilnya antara Rp. 11.200.000,- sampai Rp. 12.000.000,- per hektar per tahun.


DAFTAR PUSTAKA

Yajri, Faiz. 2009. Ratu Rempah Minim Pasokan (online), (diakses 01 Oktober 2009).
Handayani, Sulha. 2008. Aroma Kapulaga di Tiap Menu (online), (diakses 12 Juli 2008).
Anonymous. Manfaat Buah Kapulaga. (online).
Anonymous. 2009. Kapulaga. http://id.wikipedia.org/wiki/kapulaga.
Anonymous. 2009. Buah Kapulaga. http://bisnisukm.com/buah-kapulaga.html.


Rabu, 12 September 2012

Bertanam Jahe Rakyat



SEJARAH SINGKAT JAHE
Tanaman jahe (Zingiber officinale) berasal dari Asia Pasifik, merupakan tanaman rumpun berbatang semu yang dimanfaatkan sebagai bahan bumbu masak, minuman, dan obat-obatan tradisional. Tanaman jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae) dan se-famili dengan tanaman kunyit, kencur, temu lawak, dan lengkuas. Tanaman Jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan di dunia dan mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan. Saat ini jahe telah menjadi salah satu komoditas ekspor dengan harga dan permintaan yang cukup tinggi. Jahe diekspor dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe segar olahan dam minyak atsiri. Negara-negara tujuan ekspor jahe adalah Amerika Serikat, Belanda, Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, dan Hongkong. Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu dalam negeri bahkan telah melakukan ekspor ke mancanegara maka peluang pengembangan jahe semakin terbuka lebar.
Jenis-jenis Tanaman Jahe
Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya, jahe terbagi menjadi 3 varietas, yaitu:
  1. Jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum); rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil, dengan diameter 42 s/d 43 mm, tinggi 52 s/d 104 mm, dan panjang 123 s/d 126 mm. Sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri 2,58 s/d 3,9%, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
  2. Jahe putih/kuning besar (Zingiber officinale var. officinarum) atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak; rimpangnya lebih besar dan gemuk dengan diameter 48 s/d 85 mm, tinggi 62 s/d 113 mm, dan panjang 158 s/d 327 mm. Ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan. Minyak astiri di dalam rimpang 0,82 - 2,8%.
  3. Jahe putih/kuning kecil (Zingiber officinale var. amarum) atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit; ruasnya kecil, diameter 32,7 s/d 40 mm, tinggi 63,8 s/d 111 mm, panjang 61 s/d 317 mm, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah (1,50 s/d 3,5 %), sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
Syarat Tumbuh Tanaman Jahe
1. Iklim
  1. Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
  2. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari dengan intensitas cahaya matahari 70 - 100% atau agak ternaungi sampai terbuka.
  3. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35 oC. 
2. Ketinggian Tempat
  1. Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl.
  2. Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 900 m dpl.
3. Media Tanam
  1. Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organic atau humus.
  2. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
  3. Pada lahan dengan kemiringan > 3% dianjurkan untuk dilakukan pembuatan teras, teras bangku sangat dianjurkan bila kemiringan lereng cukup curam. Hal ini untuk menghindari terjadinya pencucian lahan yang mengakibatkan tanah menjadi tidak subur, dan benih jahe hanyut terbawa arus.
  4. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
Budidaya Tanaman Jahe
1. Pembibitan
1.1. Syarat Bibit Jahe
Tanaman jahe diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan rimpang. Pemilihan bibit disesuaikan dengan tujuan produksi. Untuk produksi segar baik tua maupun muda hendaklah ditanam jahe gajah. Sedangkan untuk produksi minuman, rempah-rempah, obat tradisional dan minyak atsiri memakai jenis jahe putih kecil dan klon merah.
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
  • Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
  • Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
  • Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
1.2. Teknik Penyemaian Bibit Jahe
Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan bedengan atau dengan peti kayu.
a. Penyemaian pada peti kayu
Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
b. Penyemaian pada bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah.
Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
1.3. Penyiapan Bibit Jahe
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
Pengolahan Tanah
1. Pembukaan Lahan
Tanah diolah sedemikian rupa agar gembur dan dibersihkan dari gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan mencangkul tanah sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk. Untuk tanah dengan lapisan olah tipis, pengolahan tanahnya harus hati-hati disesuaikan dengan lapisan tanah tersebut dan jangan dicangkul atau digarpu terlalu dalam sehingga tercampur antara lapisan olah dengan lapisan tanah bawah, hal ini dapat mengakibatkan tanaman kurang subur tumbuhnya. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
2. Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
3. Pengapuran
Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara di dalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji. Tanah yang memiliki derajat keasaman < 4 (paling asam) dibutuhkan dolomit minimal sebanyak 10 ton/ha. Sedangkan tanah yang memiliki derajat keasaman 5 (asam) dibutuhkan dolomit 5.5 ton/ha; serta yang memiliki derajat keasaman 6 (agak asam) dibutuhkan dolomit 0.8 ton/ha.
Penanaman Jahe
Pada bedengan dibuat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 5 - 7 cm. Bibit jahe ditanam pada lubang-lubang tersebut dengan tunas menghadap ke atas, jangan terbalik, karena dapat menghambat pertumbuhan. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe merah 60 cm x 40 cm. Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penyiangan gulma
Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.
2. Penyulaman
Penyulaman tanaman dapat dilakukan 2 atau 3 minggu setelah tanam untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya lambat dengan memakai benih cadangan. pada waktu 3 bulan pertama tanaman jahe memerlukan lingkungan tumbuh yang prima, untuk itu perlu dilakukan penyiangan sebulan sekali. bersamaan dengan penyiangan juga dilakukan pembubunan setelah tanaman berumur 2-3 bulan.
3. Pembumbunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
4. Pengendalian organisme pengganggu tanaman 
Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan. Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum). Sampai saat ini belum ada metode pengendalian yang memadai, kecuali dengan menerapkan tindakan-tindakan untuk mencegah masuknya benih penyakit, seperti penggunaan lahan sehat, penggunaan benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik), menghindari perlukaan (penggunaan abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan saluran irigasi supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak melalui petak sehat (sanitasi), inspeksi kebun secara rutin.
Tanaman yang terserang layu bakteri segera dicabut dan dibakar untuk menghindari meluasnya serangan OPT. Hama yang cukup signifikan adalah lalat rimpang Mimergralla coeruleifrons (Diptera, Micropezidae) dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai dari pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta bercak daun yang disebabkanoleh cendawan (Phyllosticta sp.). Serangan penyakit ini apabila terjadi pada tanaman muda (sebelum 6 bulan) akan menyebabkan penurunan produksi yang cukup signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit ini dengan menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada serangan (diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi secara rutin.
5. Pemupukan
Pemupukan susulan pertama dilakukan satu bulan setelah tanam dengan pupuk urea 400 kg/ha dan KCL sebanyak 300 kg/ha. Pada waktu tanaman berumur tiga bulan dipupuk dengan pupuk urea sebanyak 400 kg/ha. Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.
Masa Panen
Tanaman jahe umumnya dipanen tua setelah berumur 8-10 bulan saat kadar oleoresin optimum ditandai dengan rasa pedas da bau harum. khusus untuk jahe gajah biasanya dipanen disesuaikan dengan tujuan pemanfaatannya. pekebun memanen jahe muda apabila harga sedang tinggi atau berindikasi terserang gejala penyakit, hasilnya berkisar 3-5 ton/ha. apabila dipelihara dengan baik jahe gajah dapat menghasilkan 15-30 ton/ha.
Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
Pemanenan jahe dilakukan dengan cara tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
Dengan menggunakan varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1) dihasilkan rata-rata 27 ton rimpang segar per ha, calon varietas unggul jahe putih kecil (JPK 3; JPK 6) dengan cara budidaya yang direkomendasikan, dihasilkan rata-rata 16 ton/ha rimpang segar dengan kadar minyak atsiri 1,7 – 3,8%, kadar oleoresin 2,39 – 8,87%. Sedangkan jahe merah 22 ton/ha dengan kadar minyak atsiri 3,2 – 3,6%, kadar oleoresin 5,86 – 6,36%.
Pasca Panen
Setelah jahe di panen, sesegera mungkin dijual ke pasar.penyimpanan yang kurang baik dan terlalu lama beresiko menimbulkan penyakit pasca panen. selain itu bila terlalu lama disimpan maka bobot jahe akan berkurang atau susut sampai 10%.
1. Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
2. Perajangan
Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
3. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan.
4. Penyortiran Kering
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
5. Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
6. Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama dan penyakit.
Dari banyak sumber.